Jokowi Tidak Menang Polling Sosmed, Tapi 4 Kali Menang Perhelatan Politik. Bagaimana Prabowo?
Sumber Informasi Terpercaya -
Partai Gerindra menyambut positif hasil polling Twitter Fahri Hamzah soal Pilpres 2019 yang menimbulkan Prabowo Subianto calon presiden paling ideal, belum usang ini. Politikus Gerindra Andre Rosiade kemudian menyinggung Presiden petahana RI Joko Widodo. Di mana beliau menyatakan bahwa Jokowi tidak pernah ditemui menang dalam poling sosial media.
Harus diakui, poling yang dilakukan di sosial media ini sangat tendensius. Polling sosial media ini tidak sanggup dipakai untuk menyampaikan kemenangan di Pilpres 2019. Sejumlah survei yang dilakukan oleh forum terkemuka menyatakan Jokowi mempunyai elektabilitas yang tinggi. Nampaknya, kubu oposisi ini mengejewantahkan hal tersebut.
Namun, kata siapa Jokowi tidak pernah menang pada polling sosial media? Nampaknya yang dikatakan oleh Andre ini salah. Jokowi sempat menang pada polling sosial media pada bulan Januari 2018, lalu. Survei tersebut digelar oleh Fadli Zon melalui lewat akun Twitternya. @fadlizon mengenai siapa yang akan memenangi pemilihan presiden (pilpres) bila diselenggarakan hari ini. Ada dua kandidat yang disurvei, yakni Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto.
Politikus Gerindra tersebut bertanya dalam kicauannya, Jika pemilihan Presiden dilakukan hari ini, siapa yang akan anda pilih ...
Hasilnya, sebanyak 55% dari 30,336 pengguna Twitter yang menjadi partisipan dalam survei tersebut menentukan Jokowi, sedangkan 45% sisanya menentukan Prabowo Subianto. Survei tersebut menjawab apa yang dipertanyakan oleh Andre Rosiade. Hal lainnya, kekalahan yang tidak sanggup Prabowo hilangkan yaitu beliau mengalami dua kali kekalahan pada Pemilu. Terutana pada penyelenggaraan Pilpres. Bagaimana dengan Jokowi?
Tercatat, Jokowi sanggup memenangkan sejumlah pesta politik. Jokowi memenangkan dua kali Pilwalkot di Solo. Lalu, satu kali perhelatan Gubernur dan satu kali Pilpres. Catatan ini tidak dimiliki oleh Prabowo. Nampaknya, kubu oposisi sedang menciptakan ajaran bahwa Prabowo akan menang pada Pilpres 2019.
Namun, pengguna sosial media ini tidak sanggup dijadikan sebagai patokan. Di mana jumlah pengikut voter hanya berkisar 5ribu sampai 6ribu orang. Artinya, jumlah tersebut tidak sanggup mewakili penduduk di Indonesia. Bahkan jumlah pendudukan di Kabupaten Bandung Barat tidak sanggup diwakili. Hal lainnya, sanggup saja pengikut dari Fahri Hamzah yaitu pengikut dari kelompok #2019GantiPresiden. Ini sangat tidak adil.
Dengan dipilihnya Maaruf Amin, harus diulangi pemilih kelompok Islam sangat solid. Kaprikornus apa yang dilakukan oleh Fahri Hamzah sanggup menyerupai orang yang sedang galau. Prabowo dengan kampanyenya yang menyerupai itu dan tidak diganti polanya, menciptakan sejumlah orang bosan dengan apa yang dilakukan oleh Prabowo. Prabowo tidak berusaha mengikat pemilihnya menyerupai yang dilakukan oleh Jokowi.
Harus diakui, kerikil sandungan terberat yang harus dihadapi Prabowo yaitu fakta bahwa beliau akan bersaing melawan petahana. Di mana kerja dari Jokowi selama memerintah Indonesia 'tidak dinilai buruk'. Kecuali ekonomi Indonesia tiba-tiba ambruk, ada duduk kasus keamanan serius, atau skandal serius yang melanda pemerintah. Hal itu gres akan membuka kemungkinan opoisi (Prabowo) untuk memenangkan pertarungan.
Peluang Prabowo menang cukup berat. Prabowo harus menandakan lebih besar lengan berkuasa dari Jokowi. Lalu, sanggup dibuktikan lebih merakyat dari Jokowi dan punya basis sosial-politik di pedesaan yang kuat. Masalahnya pendukung Jokowi kini sudah lebih terkonsolidasi. Sehingga untuk mencari siapa pendamping Prabowo semoga sanggup menang, juga jadi lebih sulit.
Dipilihnya Sandiaga oleh Prabowo akan mengusik koalisi di antara Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat. Salah satu buktinya yaitu Demokrat yang sampai detik ini masih belum terima Sandiaga. Andi Arief masih terus berkoar ihwal politik mahar. Begitu juga denga Partai Bulan Bintang (PBB) melalui Yuzril Ihza Mahendra menyatakan koalisi keumatan seolah menjadi fatamorgana.
Di mana tidak pernah ada di alam nyata. Partai Bulan Bintang (PBB) tidak pernah terlibat di sana, bahkan kita komplain nama kita dibawa-bawa tanpa pernah diajak bicara. Berkali-kali Sekjen dan fungsionaris DPP PBB menghubungi Gerindra dan PAN mengenai koalisi yang digagas Habib Rizik itu, tetapi tidak ada respons sama sekali.
PAN dan PKS sudah diberi uang sebagai cara tutup ekspresi mendapatkan Sandiaga. Namun, apakah keduanya sanggup memaksimalkan koalisi. Begitu juga dengan Demokrat yang tidak akan bekerja maksimal sebagai mesin partai. Hal ini malah menciptakan pendukung Demokrat akan dengan gampang beralih kepada Jokowi. Tercatat, berdasarkan Roy Suryo, terdapat 40 persen pengurus Partai Demokrat menentukan Jokowi. Keadaan ini akan menciptakan Jokowi untung.
Sekali lagi, untuk Prabowo dan Jokowi selamat bertarung. Harapan saya tetap salam #2PeriodeJokowi.
https://seword.com/politik/jokowi-tidak-pernah-polling-sosmed-tapi-4-kali-menang-perhelatan-politik-bagaiman-prabowo-OFeZYS4Pb
0 Response to "Jokowi Tidak Menang Polling Sosmed, Tapi 4 Kali Menang Perhelatan Politik. Bagaimana Prabowo?"
Post a Comment