-->

Presiden Pujaan Alumni Monas 212 Pusing! Mata Uang Lira Rontok 45%, Turki Terancam Gulung Tikar & Dikuasai China


Sumber Informasi Terpercaya - Seperti jatuhnya Kekaisaran Ottoman sesudah Perang Dunia I, keruntuhan keuangan Turki ketika ini telah diperkirakan selama bertahun-tahun.

Lembaga pemeringkat kredit memperkirakan Turki hanya bisa bertahan dalam satu atau dua tahun lagi dan sesudah itu menjadi negara yang bangkrut.

Mata uang Turki, Lira, terus mengalami pendarahan mahir dan tidak berhenti sesudah Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali meraih kemenangan pada Pemilu.

Sejak 2014, Lira sudah jatuh tiga kali lipat terhadap dolar Amerika Serikat. Tingkat inflasinya naik secara ekstrim alasannya ialah harga impor melonjak, sementara output negara itu juga sangat parah.

Turki sudah berusaha meminta santunan dari negara lain, namun tidak mendapat dukungan yang baik, apalagi perilaku Erdogan yang terkesan berseberangan dengan Amerika Serikat.

Bahkan, Erdogan menuduh Donald Trump melancarkan perang dagang terhadap mereka meskipun sebenarnya, Presiden ini gagal memperbaiki mendasar ekonominya.

Perselisihan Erdogan dengan Trump memang semakin memanas sesudah Amerika Serikat kembali menaikkan tarif impor baja dan alumunium asal Turki masing-masing sebesar 20 persen dan 50 persen.

Alasan Trump menaikkan tarif tersebut alasannya ialah mata uang Lira yang jatuh sehingga selisih kurs tersbeut membuat produk Turki menjadi sangat mahal.

Alasan itu ada benarnya, tetapi Trump tentu sdangat tahu jikalau kondisi ekjonomi Turki ketika ini sudah berada di lampu merah.

Perekonomian Turki cenderung menyusut 10% sampai 20% alasannya ialah Endrogan tidak menghentikan formula usang dalam memperbaiki ekonominya.

Yaitu, kredit domestik besar-besaran yang didukung oleh pinjaman luar negeri.

Turki mengimpor barang-barang konsumen dari utang tersebut sehingga membuat neraca ekonominya defisit sampai 6,5% dari pendapatan domestik bruto.

Perusahaan-perusahaan Turki terlilit utang luar negeri sampai US $ 300 miliar atau lebih dari Rp 4 ribu triliun dan mereka harus membayar dalam lira yang terdevaluasi sampai 300 persen.

Kondisi itu hampir sama dengan yang pernah dialami Yunani pada awal 2012, namun bisa teratasi akhir santunan Uni Eropa.

Tak mendapat sambutan dari negara barat, Turki sekarang meminta santunan pada China, kekuatan ekonomi kedua di dunia.

Selain China, Turki juga mencoba menjajaki santunan Rusia dan Iran, namun hanya China yang memberi respon positif.

Endrogan, berdasarkan televisi China, CGTN, akan menerbitkan obligasi dalam mata uang Yuan dengan cita-cita bisa mendapat banyak uang dari China.

Tetapi, untuk langkah itu, Turki harus menjual sebagian aset paling penting negara ke negara itu untuk menutup defisit ketika ini.

Dilansir dari Asia Times, ekuitas Istanbul ketika ini hanya bernilai US $ 35 miliar saja sehingga sebagian aset penting negara itu, termasuk yang dikuasai BUMN, diperkirakan akan beralih tangan ke China.

Menurut ekonomi Turki Altay Atli, aset-aset yang akan ditawarkan kepada China terdiri atas pelabuhan dan infrastruktur lainnya.

Perusahaan pelayaran milik China, COSCO Pacific sudah mempunyai 65% saham pelabuhan terbesar ketiga di Turki.

“Saya percaya China juga akan memperluas kemitraan mereka untuk pelabuhan Turki lainnya, di Laut Mediterania, di Laut Aegea, dan di Laut Hitam. Begitu juga dengan proyek keretaapi untuk membuat jaringan logistik baru,” katanya.

Cina mempunyai peluang untuk “mengambil-alih” Turki secara ekonomi dengan biaya rendah akhir jatuhnya Lira.

Perusahaan peralatan telekomunikasi terbesar Cina, Huawei, misalnya, sudah melaksanakan perluasan untuk pengembangan jaringan internet 5G di Turk Telecom.

Begitu juga Alibaba Group awal tahun ini sudah mengakuisisi jaringan e-commerce terbesar Turki, Trendyol.

Tak sanggup dipungkiri, China sebentar lagi akan menguasai jaringan logistik Turki untuk menjadi pintu utama mereka ke cdaratan Eropa.

Tidak usang lagi, kontainer buatan Cina akan datang di Anatolia untuk dirakit menjadi produk jadi untuk dijual di Eropa dan Timur Tengah.

Presiden Erdogan memang masih bisa berhadapan dengan Washington, tetapi ekonomi mereka akan dikuasai sepenuhnya oleh China.



Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Diambang Bangkrut, Turki Akan Dikuasai Oleh Chin

0 Response to "Presiden Pujaan Alumni Monas 212 Pusing! Mata Uang Lira Rontok 45%, Turki Terancam Gulung Tikar & Dikuasai China"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel